-->

PENENTUAN KADAR VITAMIN C

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita.Vitamin C memiliki peranan yang sangat penting bagi tubuh kita sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang dibutuhkan oleh tubuh.
Vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran hijau.

Fungsi dan kegunaan vitamin C bagi tubuh selain sebagai antioksidan yaitu :
  1. Sebagai sistem kekebalan tubuh, menjaga daya tahan tubuh dari serangan virus, bakteri, dan radikal bebas. 
  2. Untuk melancarkan peredaran darah sehingga kulit terasa lebih segar.
  3. Merangsang pembentukan kolagen dan membantu penyerapan zat besi.
Vitamin C atau disebut juga sebagai asam askorbat yang mempunyai rumus kimia C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal kuning keputihan yang mudah larut dalam air, memiliki sifat asam dan reduktor yang kuat. Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan mereduksi yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam terutama Cu dan Ag.

Penentuan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya. Sedangkan untuk indikatornya menggunakan larutan amilum. Amilum digunakan sebagai indikator karena akan membentuk kompleks iod amilum yang berwarna biru tua meskipun konsentrasi I2 sangat kecil dan molekul iod terikat kuat pada permukaan beta amilosa seperti amilum.
Deteksi titik akhir titrasi pada iodine dengan menggunakan amilum adalah perubahan warna menjadi biru tua.

Penentuan Kadar Vitamin C

Alat yang digunakan :
- Statif dan klem
- Buret 25 ml
- Erlenmeyer 125 ml
- Labu takar 100 ml
- Pipet ukur 10/ 25 ml
- Pipet ukur 2 ml
- Gelas piala 250 ml
- Batang pengaduk
- Mortar porselin / blender

Bahan yang digunakan :
- Sampel yang akan diuji kadar vitamin C nya.
- Larutan iodium 0.01 N
- Larutan amilum
- Aquadest

Prosedur Kerja

** Pembuatan Larutan Iodium 0.01 N, 1000 ml
- Timbang 1,269 gram I2 + 3 gram KI, masukkan dalam gelas piala 250 ml dan aduk hingga larut.
- Masukkan dalam labu takar 1000 ml dan tambahkan aquadest sampai tanda batas.
- Pindahkan dalam botol reagen gelap dan tutup rapat.
- Standarisasi larutan I2 dengan Natrium tiosulfat.
  

** Pembuatan Larutan amilum 1%
- Timbang 1 gram amilum dan tambahkan aquadest sampai volume 100 ml.
- Panaskan hingga terbentuk larutan amilum yang agak bening.
  ( Tambahkan beberapa tetes HgI atau HgCl2 agar larutan amilum bisa disimpan beberapa lama)

** Persiapan sampel
- Timbang 200 gram sampel dan hancurkan dengan blender atau bisa juga digerus dengan mortar porselin (   tergantung jenis sampel ) sampai halus.

** Cara Kerja
- Timbang 10 - 30 gram sampel yang sudah dihaluskan, masukkan dalam labu takar 100 ml dan tambahkan aquadest sampai tanda batas.
- Saring dengan krus gooch atau sentrifuge untuk memisahkan filtratnya.
- Ambil 5 - 25 ml filtrat dengan menggunakan pipet ukur dan masukkan dalam erlenmeyer 125 ml.
- Tambah 2 ml larutan amilum 1%
- Kemudian dititrasi dengan larutan iodium 0.01 N. 
- Hentikan titrasi apabila sudah terjadi perubahan warna ( biru tua ) dan catat volume hasil titrasi.

Skema Cara Kerja :


** Perhitungan
1 ml 0.01N iodium = 0.88 mg asam askorbat
Rumus untuk menghitung kadar vitamin C :





Dimana :
Vol titrasi iodium = volume iodium hasil titrasi 
fp  = faktor pengenceran
mg sampel = sampel yang ditimbang ( dalam mg )

Itulah sedikit ulasan dari saya tentang bagaimana menentukan kadar vitamin C pada makanan, buah, atau sayuran. Semoga bermanfaat, jangan lupa share untuk berbagi ilmu. Untuk pertanyaan, saran, dan kritik silahkan tinggal komentar di bawah.

DAFTAR ACUAN

Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhadi. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Liberty.





OVEN MEMMERT : Cara Menggunakan Oven

Oven merupakan salah satu alat yang sering digunakan dan dijumpai di laboratorium. Pada artikel ini akan saya bahas tentang bagaimana cara mengoperasikan oven ( oven yang saya maksud disini adalah oven Memmert UN 55 ), oven ini merupakan oven model baru dengan tombol - tombolnya yang sudah touch screen ( ga mau kalah sama android ya :) )


Oven adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur kadar air. Selain itu juga digunakan untuk mengeringkan zat-zat kimia, pelarut organik, dan untuk mengeringkan atau mensterilkan alat-alat gelas laboratorium.

 Tidak semua alat gelas laboratorium bisa dikeringkan dengan oven,hanya alat gelas tertentu yang dapat dikeringkan dengan oven, yaitu alat gelas yang memiliki ketelitian rendah. Contoh alat gelas yang bisa dikeringkan dengan oven adalah gelas piala/beker glass, erlenmeyer, petridish/cawan petri, dan tabung reaksi.

Sedangkan alat gelas dengan ketelitian tinggi tidak dapat dikeringkan dengan oven karena alat tersebut akan memuai jika dipanaskan dan mengakibatkan ketelitian alat tersebut tidak lagi akurat. Contoh : labu takar, pipet ukur,dan  pipet volum.

Untuk zat-zat kimia yang boleh dikeringkan dengan oven adalah zat-zat kimia yang tidak mudah meledak saat dipanaskan dan tidak mengeluarkan uap atau gas beracun. Contoh zat kimia yang boleh dikeringkan dengan oven adalah kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), natrium klorida (NaCl), natrium oksalat ( Na2C2O4).

Bagian - Bagian Oven :













Keterangan gambar :
No 1 = tombol on/off
No 2 = tombol untuk mengaktifkan pengatur suhu
No 3 = tombol untuk mengaktifkan pengatur waktu
No 4 = tombol untuk mengatur suhu/waktu yang diinginkan
No 5 = tombol untuk mengonfirmasi
No 6 = tombol untuk mengaktifkan pengatur menu

Pengoperasian Oven

Alat oven hanya boleh dioperasikan dan dirawat oleh petugas/laboran yang telah diberi petunjuk mengenai tata cara pemakaian oven. Petugas yang akan menjalani pelatihan, yang diberi petunjuk, atau yang menjalani pelatihan umum hanya boleh bekerja dengan alat dibawah pengawasan dari orang yang berpengalaman.

Cara Menggunakan Oven Memmert UN 55 :

  1. Bersihkan oven sebelum digunakan.
  2. Tancapkan stekker ke stop kontak.
  3. Tekan tombol on/off ( pada no.1) dan tunggu beberapa saat.
  4. Untuk pengaturan suhu, sentuh pada tombol no.2 kemudian putar pada tombol no.4 untuk mengatur suhu yang diinginkan dan tekan no.5 untuk mengonfirmasi.
  5. Untuk pengaturan waktu, sentuh pada tombol no.3, kemudian putar pada tombol no.4 untuk mengatur waktu yang diinginkan dan tekan no.5 untuk mengonfirmasi.
  6. Untuk mengatur menu sentuh pada bagian no.6 .
  7. Masukkan sampel ke dalam oven.
  8. Setelah selesai matikan oven dengan menekan tombol on/off, ambil sampel dengan menggunakan sarung tangan.
  9. Cabut stekker kabel dan setelah dingin bersihkan oven.

Perawatan Oven

Untuk memaksimalkan kerja oven dan memperpanjang umur oven perlu dilakukan perawatan oven secara rutin. Selalu bersihkan oven setelah selesai digunakan. Bersihkan bagian dalam oven dengan kain lembut dan jangan menggunakan zat abrasif untuk membersihkan oven. Jangan mengelap bagian elemen pemanas. Untuk bagian luar dibersihkan dengan lap basah.

Apabila oven mengalami gangguan fungsi dan kerusakan, segera hentikan penggunaan alat oven ini dan matikan oven. Cabut stekker dari sumber listrik. Hubungi teknisi untuk perbaikan.

RUMUS Mol, Molalitas, Molaritas, Normalitas

Dalam bidang kimia ada beberapa satuan yang sering digunakan untuk menyatakan konsentrasi larutan ( banyaknya zat terlarut dalam sejumlah pelarut ).
Beberapa satuan konsentrasi itu antara lain : mol, molalitas, molaritas, normalitas, ppm, persen massa, persen volum.

Berikut akan saya jelaskan pengertian dan rumus dari satuan-satuan di atas :

1. Mol ( n )           
Simbol satuan : n
Mol adalah massa (gram) suatu zat dibagi dengan massa molekul relatif / berat molekul suatu zat.
Rumus :
Dimana :
n = mol suatu zat (mol)
gr = massa suatu zat (gr)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)

Mol ekivalen adalah jumlah mol dikali dengan jumlah ion H+ atau ion OH-
Apabila mol zat terlarut mengandung a ion H+ atau ion OH-, maka rumus mol ekivalen adalah
Dimana : a = ekivalen suatu zat


untuk kimia asam, 1 mol ekivalen = 1 mol ion H+
untuk kimia basa, 1 mol ekivalen = 1 mol ion OH-

Contoh :
1. Berapa jumlah mol dari 4 gram NaOH dengan Mr = 40 gr/mol ?
    n = 4 / 40 = 0.1 mol
2. Berapa jumlah mol ekivalen dari 8 gram NaOH ?
    mol ekivalen = n x a
                          = 8/40 x 1 = 0,2 mol ek

2. Molalitas ( m )
Simbol satuan : m
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Rumus :








Dimana :
m = molalitas suatu zat ( molal )
n = mol suatu zat ( mol )
p = massa pelarut ( gr )

Contoh :
1. 40 gram NaOH dilarutkan dalam 2 kg air, Mr NaOH = 40 gr/mol. Berapa molalitas NaOH ?
m = n/p
m = ( 40 x 1000 ) / ( 40 x 2000 )
    = 40000/ 80000 = 0.5 molal

3. Molaritas ( M )
Simbol satuan : M
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan atau 1 mmol zat terlarut dalam 1 ml larutan. Satuan molaritas adalah mol/L.
Rumus :




Dimana :
M = molaritas suatu zat (mol/L)
gr =  massa suatu zat (gram)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
V = volume larutan (ml)

Contoh :
1. NaOH 1 M artinya bahwa untuk setiap 1 liter (1000 ml) larutan ini mengandung 1 mol NaOH ((atau 40 gram NaOH).
2. 117 gram NaCl ( Mr =58.5gr/mol) dilarutkan dengan aquadest sampai volume 500 ml. Berapa M NaCl ?
M = (gr x1000) / (Mr x V)
M = ( 117 x1000) / (58.5 x 500)
M = 4 mol/L

4. Normalitas ( N )
Simbol satuan : N
Normalitas adalah jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Satuan normalitas adalah mol ek/L.
Rumus :




Dimana :
N = normalitas ( mol ek/L)
n = mol suatu zat (mol)
a = ekivalen suatu zat
V = volume larutan (liter)

Contoh :
1. KOH sebanyak 28 gram dilarutkan dengan aquadest sampai volume 1000 ml ( 1 liter ), Mr KOH=56 gr/mol. Berapa normalitas KOH ?
N = (n x a) / V
N = (gr x a) / (Mr x V)
N = (28 x 1) / (56 x1)
N = 0.5 mol ek/L

5. Part Per Million ( ppm )
Simbol satuan = ppm
Part per million (ppm) atau dalam bahasa indonesia bagian per juta (bpj) adalah satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan bagian dalam 1 juta bagian yang lain.
ppm dinyatakan dengan satuan mg/kg atau mg/L.

Contoh :
1. Suatu air minum mengandung besi sebesar 3 ppm artinya bahwa setiap 1 liter air minum tersebut ( massa jenis air =1) mengandung 3 mg besi.

Artikel terkait : Konversi ppm ke persen

6. Persen Massa
Simbol satuan : % (b/b)






Contoh :
1. NaOH 40% (massa) diartikan bahwa dalam setiap 100 gram larutan ini mengandung 40 gram NaOH.
2. 20 ml H2SO4 95% ( massa jenis=1.834) terlarut dalam 100 ml air ( massa jenis air=1), maka konsentrasi larutan asam sulfat dalam % dapat ditentukan dengan perhitungan berikut :






7. Persen Volum
Simbol satuan : % (v/v)






Contoh :
1. Alkohol 75% (volum) diartikan bahwa dalam setiap 100 ml larutan ini mengandung 75% alkohol dan 25% air.
2. 25 ml alkohol 96% dicampur dengan air 75 ml, maka konsentrasi larutan alkohol dapat ditentukan dengan perhitungan berikut :






STANDARISASI H2SO4


Seperti pada artikel sebelumnya ( Standarisasi HCl ) dijelaskan bahwa standarisasi diperlukan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari suatu larutan.

Standarisasi Larutan H2SO4

Standarisasi larutan H2SO4 dapat dilakukan dengan menggunakan :
  • Larutan baku natrium tetraborat / boraks
  • Larutan baku natrium hidroksida
Alat yang digunakan :
- Statif dan klem
- Buret 25 ml
- Pipet volum 10 ml
- Pipet tetes
- Erlenmeyer 100 / 125 ml

Bahan yang digunakan :
- H2SO4 pekat (96%)
- Natrium tetraborat
- Natrium hidroksida
- Indikator MO dan PP

Standarisasi Larutan H2SO4 0.1 M ( 0.2 N ) dengan Natrium tetraborat/Boraks

** Membuat larutan H2SO4 0.1 M (0.2 N) sebanyak 1 liter
- Masukkan aquadest kira-kira 500 ml ke dalam labu takar 1000 ml.
- Ambil H2SO4 pekat dengan menggunakan pipet ukur sebanyak 6 ml, masukkan ke dalam labu  takar tadi.
- Tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.

Diperoleh : Larutan H2SO4 0.1 M , 1 Liter.

** Membuat larutan baku primer natrium tetraborat/boraks 0.05 M (0.1N) sebanyak 100 ml
dengan rumus :
M = gr/ (Mr x V)
0.05 M = ( gr / ( 381.647 gr/mol x 0.1 L )
gr = (381.647 x 0.1 L x 0.05 M)
gr = 1.908 gram.
- Timbang dengan tepat boraks sebanyak 1.908 gram, larutkan dengan aquadest dalam gelas piala 50 ml.
- Pindahkan larutan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.

** Membuat larutan NaOH 0.1 M sebanyak 1 liter
- Timbang 4 gram NaOH, masukkan dalam gelas piala 100 ml. Tambahkan aquadest, aduk hingga larut sempurna.
- Masukkan larutan NaOH tersebut ke dalam labu takar 1000 ml. Tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
- Kemudian standarisasi larutan NaOH 0.1 M tersebut. Untuk cara standarisasi NaOH bisa baca artikel : Standarisasi Larutan NaOH

** Cara Standarisasi
- Isi buret dengan larutan H2SO4 0.1 M.
- Dipipet 25 ml boraks 0.05 M, masukkan ke dalam erlenmeyer.
- Tambahkan 2 tetes indikator MO.
- Kemudian dititrasi dengan larutan H2SO4 0.1 M sampai terjadi perubahan warna
- Catat volumenya dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.

** Cara Menghitung
Reaksi yang terjadi : Na2B4O7 + H2SO4 + 5 H2O -------> Na2SO4 + 4 H3BO3
M boraks = 0.05 M
V boraks = 25 ml
V H2SO4 = v ml
M H2SO4 = .....?













Standarisasi Larutan H2SO4 0.1 M (0.1 N) dengan Natrium Hidroksida ( NaOH )

** Cara Standarisasi
  1. Isi buret dengan larutan baku NaOH 0.1 M 
  2. Pipet 25 ml larutan H2SO4 0.1 M ke dalam erlenmeyer 125 ml.
  3. Tambahkan 2 tetes indikator PP.
  4. Titrasi larutan H2SO4 tersebut dengan NaOH 0.1 M. Hentikan titrasi apabila terjadi  perubahan warna.
  5.  Catat Volume hasil titrasi dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
** Cara Menghitung
Reaksi yang terjadi : H2SO4 + 2 NaOH -----> Na2SO4 + 2 H2O
M NaOH = 0.1 M
V NaOH = v ml ( volume hasil titrasi )
V H2SO4 = 25 ml
M H2SO4 = ....?











DAFTAR ACUAN

HAM, Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara.

STANDARISASI HCl

Dalam membuat larutan dengan konsentrasi tertentu seringkali dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat. Untuk itu diperlukan standarisasi larutan.
Standarisasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari suatu larutan. Standarisasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa yaitu proses penambahan larutan standar dengan larutan asam.

Larutan Baku Primer dan Sekunder

Standarisasi larutan dilakukan dengan menggunakan larutan baku primer atau dengan larutan baku sekunder.
Larutan baku adalah larutan yang sudah diketahui dengan pasti konsentrasinya. Larutan baku ada dua macam yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.

Larutan baku primer adalah larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu : 
  • memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, 
  • kering, stabil, tidak higroskopis,
  • mudah larut dalam air, dan 
  • mempunyai massa ekivalen yang tinggi. 
Pada pembuatan larutan baku primer penimbangan harus teliti dan dilarutkan dengan volume yang tepat dengan menggunakan labu takar. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah Natrium tetraborat ( boraks ), asam benzoat, dan asam oksalat.

Larutan baku sekunder adalah larutan yang zat terlarutnya tidak harus zat yang memiliki tingkat kemurnian tinggi. Larutan baku sekunder konsentrasinya ditentukan berdasarkan standarisasi dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Zat yang dapat digunakan sebagai larutan baku sekunder adalah natrium hidroksida ( NaOH ) dan asam klorida ( HCl ). Larutan baku sekunder umumnya tidak stabil sehingga perlu distandarisasi ulang setiap minggu.

Standarisasi Larutan HCl 

Standarisasi larrutan HCl dapat dilakukan dengan menggunakan :
  • larutan baku natrium tetraborat / boraks ( Na2B4O7.10H2O )
  • larutan baku natrium carbonat ( Na2CO3 )
  • larutan baku natrium hidroksida ( NaOH )
Alat yang digunakan :
- Statif dan klem
- Buret 25 ml
- Pipet volum 10 ml
- Pipet ukur 5 ml
- Pipet tetes
- Gelas piala/ gelas beker 50 ml dan 500 ml
- Erlenmeyer 100/125 ml

Bahan yang digunakan :
- HCl pekat ( 37 % )
- Boraks
- Natrium carbonat
- Natrium hidroksida
- Indikator MO dan PP

Standarisasi Larutan HCl 0.1 M (0.1 N) dengan Natrium Tetraborat / Boraks

** Membuat Larutan HCl 0.1 M sebanyak 1000 ml
Ambil HCl pekat ( 37% ) sebanyak 9 ml, masukkan  ke dalam labu takar 1000 ml yang sebelumnya telah diberi aquadest. Tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
Untuk cara menghitungnya bisa buka artikel sebelumnya di Cara Membuat Larutan HCl

** Membuat larutan boraks 0.05 M ( 0.1 N )
dengan rumus :
M = gr/ (Mr x V)
0.05 M = ( gr / ( 381.647 gr/mol x 0.1 L )
gr = (381.647 x 0.1 L x 0.05 M)
gr = 1.908 gram.
- Timbang dengan tepat boraks sebanyak 1.908 gram, larutkan dengan aquadest dalam gelas piala 50 ml.
- Pindahkan larutan ke dalam labu takar, tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen

** Membuat larutan indikator Metil Orange ( MO )
untuk membuat larutan MO silahkan buka link ini Membuat Larutan Indikator pada nomor 20.

** Cara Standarisasi
- Isi buret dengan larutan HCl 0.1 M.
- Dipipet 25 ml boraks 0.05 M, masukkan ke dalam erlenmeyer.
- Tambahkan 2 tetes indikator MO.
- Kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0.1 M sampai terjadi perubahan warna ( dari kuning menjadi merah ).
- Catat volumenya dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.

** Cara Menghitung
Reaksi yang terjadi : Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O -----> 2 NaCl + 4 H3BO3
M boraks = 0.05 M
V boraks = 25 ml
V HCl = a ml ( volum rata-rata dari 3x ulangan )
M HCl = ....?











Standarisasi Larutan HCl 0.1 M (0.1 N) dengan Natrium Carbonat ( Na2CO3 )

** Cara Standarisasi 
  1. Timbang botol timbang kosong + tutup. catat hasilnya.
  2. Timbang 0,2 gram Na2CO3 kering dalam botol timbang bertutup. 
  3. Pindahkan Na2CO3 tersebut ke dalam erlenmeyer 100 ml.
  4. Timbang lagi botol timbang + tutup ( perbedaan antara penimbangan awal dan akhir merupakan berat Na2CO3 yang terpindahkan ke erlenmeyer).
  5. Masukkan aquadest 50 ml ke dalam erlenmeyer yang berisi Na2CO3 tersebut. Aduk hingga larut sempurna.
  6. Beri 2 tetes indikator MO
  7. Titrasi dengan larutan HCl 0,1 M. Hentikan titrasi apabila sudah terjadi perubahan warna ( dari kuning menjadi merah muda ).
  8. Catat volume hasil titrasi dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
** Cara Menghitung
Reaksi yang terjadi : Na2CO3 + 2 HCl ------> 2 NaCl + H2O + CO2
Mr Na2CO3 = 105,994 gr/mol
Massa Na2CO3 = a gram
Vol HCl hasil titrasi = v ml = v liter ( satuan diubah ke dalam liter )
M HCl = ....?
 Dengan menggunakan rumus perbandingan mol :













Standarisasi Larutan HCl 0.1 M (0.1 N) dengan Natrium Hidroksida ( NaOH )

** Cara Standarisasi
  1. Isi buret dengan larutan baku NaOH 0.1 M ( untuk cara membuat larutan NaOH dan standarisasinya bisa di buka pada artikel Cara Membuat Larutan NaOH 0,1 M dan Standarisasi Larutan NaOH ).
  2. Pipet 25 ml larutan HCl 0.1 M ke dalam erlenmeyer 125 ml.
  3. Beri 2 tetes indikator PP.
  4. Titrasi larutan HCl tersebut dengan NaOH 0.1 M. Hentikan titrasi apabila warna merah muda yang muncul tidak menghilang (selama 15 detik ) oleh pengocokan.
  5.  Catat Volume hasil titrasi dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
** Cara Menghitung
Reaksi yang terjadi : NaOH + HCl -----> NaCl + H2O
V HCl = 25 ml
V NaOH = v ml ( volume hasil titrasi )











Itulah beberapa cara standarisasi HCl. Semoga artikel ini bermanfaat, jika ada yang ingin menyampaikan saran, masukan, atau pertanyaan bisa komentar pada kolom di bawah ini. Terimakasih.

DAFTAR ACUAN

HAM, Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara.